Sabtu, 02 Mei 2015

Life in Early Morning

Pernahkah Anda bangun jam 2 atau 3 subuh untuk pergi ke pasar ?
“Ahhh, ngapain ??? Terlalu pagi. Itu masih jam tidur saya”. Sebagian orang mungkin berpikir seperti itu. Namun tidak bagi saya. Mengapa ? saya sering diajak pergi ke pasar pada jam 2 atau 3 oleh ayah saya. Ayah, seorang pria yang tegas dan disiplin. Ayah, yang selalu punya ‘kata bijak’ dimana saja. Ayah yang cerewet namun baik hati. Ayah... Begitulah sosok ayah bagi saya.
Pertama kali ketika diajak ayah ke pasar saya juga berpikir, ‘Buat apa bangun pagi-pagi ke pasar, jam 6 juga tidak telat keleusss ??!!’ Pikir saya. Tapi akhirnya saya tetap mengikuti ayah ke pasar untuk menyaksikan.. ‘kehidupan’.

KEHIDUPAN ???

Dalam perjalanan ke pasar yang letaknya kurang lebih 15 meter dari rumah saya, saya melihat truk yang menjual nasi padang tadi malam sedang membereskan dagangannya dan bersiap untuk pulang, bapak-bapak dan ibu-ibu yang naik motor ataupun sepeda mengambil kue untuk dijual, para penjual makanan lainnya termasuk keluarga saya yang saya panggil pak-pak dan mei-mei (bukan 妹妹 yah), serta banyak lainnya. Mengumpulkan sedikit demi sedikit pundi-pundi uang untuk ditabung. Benar-benar mencerminkan suatu kehidupan.
Saya sangat salut dengan orang pasar. Maaf, saya menyebutkan kata ‘orang pasar’ karena tidak tahu sebuatan yang cukup cocok untuk orang-orang yang berjualan di pasar hehehe. Mereka begitu bekerja keras yang jika saya bandingkan dengan kehidupan saya sendiri dan anda mungkin (?) berbeda 180 derajat atau bahkan 360 derajat, saya tidak bisa memperhitungkan hal ini.
Disaat mereka sedang menyiapkan dagangan dan mulai berjualan, saya KEMUNGKINAN BESAR (baca: Sangat mungkin) masih tidur di atas kasur dan bermimpi indah. Bermimpi indah tentang sekolah di luar negeri, menghasilkan uang dan sukses. Hahaha
“Sukses dalam mimpi yang tanpa disertai tindakan hanyalah kesuksesan belaka.”
Setelah menemani ayah membeli makanan, saya dan ayah pun pulang. Dan dalam perjalanan pulang, saya melihat pemungut sampah dengan motor disampingnya tidur di depan sebuah toko. Ayah berkata: “Menjadi tukang sampah juga sebuah pekerjaan lihat bahkan sampai tidur di jalan. Kamu yang pilih, lebih berat memegang pensil atau motor ? Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu pelajari.” (Istilah dalam bahasa mandarinnya adalah 白学).
Ayah mengajari saya untuk melihat kehidupan dari cermin yang berbeda. Bagaimana bersikap, berdagang, memilih makanan yang sehat, mengambil tindakan yang tepat, melihat orang-orang, dan masih banyak lainnya. Ayah, sosok yang tidak pernah menuntut anaknya untuk menjadi ini-itu namun mampu mengajari sang anak bagaimana menjadi orang. Ketika saya tidak mampu, ayah tetap menyemangati saya untuk terus mencoba. Terima kasih ayah.
Setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk sukses dan bahkan lebih sukses dari mereka. Melalui pengalaman bersama ayah ke pasar saat jam subuh, saya belajar banyak hal dari ayah tentang kehidupan. Banyak hal yang dapat kita lakukan, tidak melulu harus dengan cara yang sama dengan orang lain, karena setiap orang punya caranya sendiri, termasuk ANDA dan SAYA. Satu hal, lihatlah dari kacamata positif. Lihatlah diri anda sendiri. Anda dan saya adalah sosok yang memiliki potensi.
Bergeraklah! Maju! Keluar dari nyaman anda. Jangan membiarkan gengsi membatasi diri anda. Selama anda masih bernafas, kehidupan akan terus berjalan. YOU CHOOSE YOUR PATH, NOBODY CAN DECIDE IT FOR YOU.


1 Mei 2015, Jumat.

Aku dengan Beasiswa ???

Ketika satu pintu tertutup, Tuhan akan membuka pintu lainnya. Jangan putus asa karena hidup terus berjalan. Hidupmu tidak akan berhenti hanya karena satu masalah.
“Hidup saya tidak berhenti ketika saya tidak mendapatkan beasiswa dan tidak sekolah di luar negeri.” Saya meyakinkan diri saya sendiri.

         Mengenai saya
Saya lahir bulan Juli 1998, dan tahun ini, tahun 2015, saya sedang mendaftar beasiswa untuk sekolah di luar negeri jurusan sastra mandarin. Saat ini masih bulan Mei, dan umur saya baru 16 tahun lebih. Saya ulangi 16 TAHUN LEBIH. Salah satu ketentuan untuk mendaftar beasiswa di LN adalah umur 18 tahun keatas dan untuk umur di bawah 18 tahun harus ada orang yang bisa tanggung kita disana. Tapi tidak ada siapapun yang saya kenal disana, yang memiliki kartu kependudukan dan bisa menanggung saya. Masalah inilah yang masih membingungkan saya. Ya, antara kuliah atau menunda.
Saya mulai menyiapkan mental saya untuk menerima hasilnya apapun itu, apakah saya mendapatkan beasiswa atau tidak. Semua bukanlah masalah lagi. Saya YAKIN ada hal yang lebih baik yang Tuhan sedang persiapkan untuk saya, yang tidak bisa saya tebak, hal indah yang tidak bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya meyakinkan diri saya untuk tidak khawatir dan melihat sisi positif dari masalah tersebut.

Mengenai kuliah
Kuliah adalah melanjutkan pendidikan. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Ketika masih ada kesempatan untuk melanjutkan sekolah, hargailah kesempatan tersebut dengan belajar dengan giat dan mengambil setiap kesempatan yang ada, masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun berorganisasi. Belajarlah selagi muda. Urusan duit, pekerjaan, itu adalah urusan seumur hidup.

Mengenai saya (lagi ?)
Saya membuat ‘to do lists’ untuk kegiatan saya 1 tahun ini seandainya saya tidak #*^%@!$..
Dibalik masalah mengenai prosedur beasiswa yang blablabla yang sering bikin saya merasa ‘ahhh, ribet banget’ itu ternyata banyak hal yang bisa saya lakukan untuk mengisi waktu luang saya. Banyak hal. Mulai dari menulis blog, mengunjungi perpustakaan untuk mencari buku favorit, membaca buku dan artikel, menambah pengetahuan melalui internet (selama kuota masih ada sih hahaha), belajar piano dengan teman gereja, belajar biola dengan pastor di gereja Katolik, les mandarin, nonton film mandarin/inggris buat nambah kosa-kata, dengerin lagu & hafal liriknya, mengikuti berbagai kegiatan gereja dan masih BUANYAKKK deh. Dan tentunya selama tahun ini, saya akan mulai mempersiapkan diri saya untuk kembali ke bangku kuliah.

Otak kalo lama-lama ga dilatih, entar berkarat loh. Apapun lupa, nanti sia-sia donk pelajaran yang dulu dipelajari di sekolah. Oleh karena itu, selama liburan yang bakal panjang ini, buku di meja belajar tidak akan saya kurangi. ^_^