Sabtu, 14 Februari 2015

IBU BERMATA SATU

Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya…dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan. Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah…untuk menopang keluarga. Ini terjadi suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana ia tega melakukan ini padaku ? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.
Keesokan harinya di sekolah…
“Ibumu bermata satu ?!?!?!... eeee” ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.
Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, “Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu mata ?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang, kenapa engkau tidak segera mati saja ?!?!!!”
Ibuku diam tidak bereaksi.
Aku merasa tidak enak, namun di saat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini… mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berpikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.
Malam itu… Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ibuku sedang menangis di sana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.
Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses.
Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapura. Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak juga. Sekarang, aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.
Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika…
Apa ?! Siapa ini ?!
Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.
Aku bertanya kepadanya, “Siapa kamu ?! Aku tidak mengenalmu!!” kukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, “Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!!! SEKARANG JUGA!!!”
Ibuku hanya menjawab, “Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.”
Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun merasa lebih lega…
Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumaku di Singapura. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, yang dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.
Di sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya mengeluarkan air amta. Ia memegang selembar surat di tangannya.. Sebuah surat untukku…
Anakku… Aku rasa hidupku sudah cukup kini…
Dan… Aku tidak akan pergi ke Singapura lagi..
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila kau mengharapkan engaku yang datang mengunjungiku sekali-kali ? Aku sungguh sangat merindukanmu…
Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engaku datang pada reuni sekolah. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau…
Dan aku sangat menyesal karena aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu. Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibum aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan salahs atu mataku untukmu… Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau memarahiku… Aku berkata kepada diriku, ‘Ini karena ia mencintaiku.’
Kadang-kadang kita tidak mengerti seberapa besar pengorbanan ibu (orang tua) kita selama kita hidup. Karena itu hargai dan hormatilah ibu (orang tua) kita selama mereka masih hidup. Jangan sampai kita menyesal pada saat mereka meninggal, karena kita belum sepat membalas pengorbanan mereka.

Selalu bawa mereka di dalam doa-doa kita. ^_^

4 Pertanyaan Tanpa Jawaban yang buat Wanita Bertanya-tanya

Hal terbaik dari pertanyaan tanpa jawaban adalah pertanyaan tersebut memang tidak akan pernah terjawab. Pengalaman, penilaian, dan kebijaksanaan yang mampu memberikan jawaban terbaik.
Seperti dikutip Huffington Post, kaum wanita hobi sekali menanyakan persoalaan yang susah untuk dijelaskan. Namun demikian, mereka tetap saja sering mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan macam apa sih? Berikut uraiannya.
Apakah saya akan lebih bahagia, jika saja waktu itu saya… ?
Pertanyaan sarat penyesalan ini adalah jebakan yang akan membawa kita kembali berpikir soal masa lalu. Pertanyaan seperti ini tidak ada jawaban yang konkrit berupa bukti nyata. Sama halnya ketika Anda melamunkan soal keberadaan Tuhan, apa yang akan Anda hadapi hari esok, atau mempertanyakan jumlah bintang di malam hari. Seluruh jawaban yang terungkap umumnya bersifat subyektif dan mengundang pertanyaan baru lainnya.
Jadi, mulailah bertanya soal sesuatu yang logis dan realistis. Lalu, berhenti mempertanyakan sesuatu di luar kapasitas Anda. Selain berpotensi membuat Anda stres, juga bisa memicu munculnya garis-garis keriput di usia muda.
Apa penilaian orang lain terhadap saya… ?
Hadapi saja, sejumlah orang pasti menyukai Anda, dan sejumlah lainnya membenci Anda. Inilah realita kehidupan. Anda tidak bisa mengendalikan penilaian dan pikiran orang terhadap Anda. Percaya saja, saat Anda berbuat baik maka yang kembali pada Anda akan sama atau lebih baik.
Menurut Emma Brockes, penulis buku She Left Me The Gun: My Mother’s Life Before Me,banyaknya wanita yang sering khawatir akan pendapat orang lain terhadap mereka adalah takut akan penolakan.
Mengapa hidup wanita lain lebih baik dari saya… ?
Menilai dan menyimpulkan seseorang dari “kulit luar”-nya merupakan tindakan yang dangkal. Sebab, Anda tak pernah tahu mengenai apa dan bagaimana perjuangannya di masa lalu. Bisa jadi kehidupannya yang menyenangkan di waktu sekarang, merupakan buah manis dari kerja keras di waktu yang silam. Jadi, jika sekarang Anda sedang mengalami masa sulit, cobalah berpikir lebih terbuka, lebih santai, karena Anda tak seorang diri, semua orang di dunia ini memiliki “pertarungannya” masing-masing.  
Kapankah semua ini akan berakhir…?

Semua kekesalan, kejengkelan, kecemburuan, serta kebahagiaan Anda, baik kecil atau besar, hanya akan berakhir kala nadi tak lagi berdetak dan jantung berhenti bergerak. Jadi, selama nafas masih berhembus, persiapkan diri Anda terhadap segala sesuatu yang akan mungkin atau tak mungkin terjadi di waktu mendatang.

Sumber: Kompas.com